Televisi merupakan
salah satu media hiburan keluarga yang mudah dijangkau di masa sekarang ini.
Hal ini terjadi karena perkembangan IPTEK yang semakin canggih, menjadikan harga-harga
elektronik semakin murah, termasuk salah satunya adalah televisi.
Selain itu alat elektronik audio-visual ini juga sudah bisa dijangkau oleh masyarakat dipelosok-pelosok daerah terutama daerah-daerah terpencil yang sudah tersedia listrik.Selain itu media ini juga bisa dinikmati lewat gadget smartphone yang memakai data internet ataupun antena internal.
Selain itu alat elektronik audio-visual ini juga sudah bisa dijangkau oleh masyarakat dipelosok-pelosok daerah terutama daerah-daerah terpencil yang sudah tersedia listrik.Selain itu media ini juga bisa dinikmati lewat gadget smartphone yang memakai data internet ataupun antena internal.
Media elektronik ini telah menjadi
salah satu sarana yang efektif dan efisien untuk memberikan hiburan, komunikasi,
informasi sekaligus edukasi kepada
masyarakat. Karena media audio visual
yang satu ini mampu menampilkan sesuatu pesan yang konkret yang mampu dicerna,
mudah dipahami dan ditirukan oleh semua lapisan masyarakat, baik itu anak-anak,
remaja, dewasa maupun oleh orangtua. Sehingga dapat dikatakan bahwa televisi
akan mempunyai pengaruh yang lebih besar danlebih luas. Sebagaimana dikatakan
oleh para ahli bahwa 75% dari pengetahuan manusia sampai ke otaknya melalui
mata dan yang selebihnya melalui pendengaran dan indera-indera
lainnya.(Sulaiman, 1980) dalam (Hutapea, 2010).
Permasalahannya adalah tidak semua stasiun televisi
memberikan tayangan-tayangan yang memberikan edukasi yang baik kepada
masyarakat khususnya kepada anak-anak ataupun remaja. Tayangan-tayangan yang
disajikan oleh televisi sudah sangat kita rasakan dampak negatifnya
belangkangan ini. Khususnya tayangan-tayangan film atau sinetron remaja dan
dewasa yang mengadopsi budaya barat. Budaya barat yang banyak ditampilkan
diantaranya adalah berpakaian mini(terbuka auratnya), pergaulan bebas antara
perempuan dan laki-laki, kehidupan yang mengedepankan materialime (kekayaan)
serta menampilkan nilai negatif yang sehaursnya tidak ditampilkan misalnya
adegan kekerasan, perkelahian, pembunuhan dan lain sebagainya. Meskipun kita
tidak bisa memungkiri bahwa hadirnya televisi di tengah-tengah keluarga juga
memberikan dampak yang positif disisi yang lain.
Degradasi moral pada anak-anak dan remaja yang banyak
dikhawatirkan oleh kalangan pendidikan keagamaan kini sudah mulai menjadi nyata
dan kejadian ini bisa dirasakan dimana-mana baik di wilayah perkotaan, pedesaan
bahkan pelosok. Karena tanpa disadari tayangan-tayangan negatif yang
ditampilkan oleh televisi telah merasuk ke dalam alam pikiran masyarakat
bahwasannya sikap dan nilai yang ditampilkan seolah-olah menjadi teladan dan
tren yang juga harus diikuti oleh diri pribadi orang-orang yang menyaksikannya,
terutama anak-anak dan remaja. Sebagaimana
kita ketahui bahwa masa anak-anak adalah masa meniru apa yang terjadi
dilingkungan sekitar sedangakan masa remaja adalah masa mencari jati diri.
Sehingga di dua masa perkembangan ini rentan dengan penanaman nilai-nilai
negatif yang semakin merusak nilai moral dan budi perkerti yang baik dalam
tatanan hidup bermasyarakat.
Selain terdegradasinya
nilai-nilai akhlak yang baik ternyata
tayangan-tayangan televisi juga membentuk sikap pribadi yang materialistik dan
konsumtif. Paparan iklan makanan dapat mempengaruhi evaluasi produk, meningkatkan
keinginan untuk mengkonsumsi produk yang diiklankan dan peningkatan persepsi
mereka dalam penerimaan sosial (Simone Pettigrew1, 2013). Hal ini tentu
mengkhawatirkan apabila pola konsumtif yang berlebihan menjadi tren di kalangan
anak-anak dan remaja. Karena di usia emas mereka seharusnya dimanfaatkan semaksimal
mungkin untuk beraktualisasi diri dalam meningkatkan produktivitas karya yang
berguna bagi kemajuan bangsa.
Sebagai lembaga pendidikan yang pertama dan utama bagi
anak, keluarga mempunyai peranan yang amat penting dan strategis dalam
penyadaran, penanaman, dan pengembangan nilai moral sosial dan budaya.
Sebagaimana ditegaskan Elmubarok (2008:96) bahwa: ”Adanya ikatan emosional yang
terjalin antara orang tua dengan anak yang demikian kuat, maka pendidikan di
keluarga memiliki sisi keunggulan dalam pembinaan moral anak”. Nilai-nilai yang
dapat ditanamkan orang tua kepada anak-anaknya seperti ketaatan kepada Allah,
ketaatan kepada orang tua, kejujuran, tanggung jawab, kedisiplinan, kepedulian
pada orang lain dan sebagainya (Purwaningsih, 2010). Dalam memperbaiki moral anak bangsa
perlu adanya keterikatan visi yang sama, keterbukaan yang berkesinambungan
antara keluarga, sekolah, masyarakat, media massa serta pemerintah. Sehingga
pembangunan karakter moral dan akhlak yang mulia bisa tercapai.
Daftar Pustaka
Hutapea, B. (2010). STUDI KORELASI INTENSITAS
MENONTON TAYANGAN YANG. Jurnal Ikon , 1.
Purwaningsih, E. (2010). KELUARGA DALAM MEWUJUDKAN
PENDIDIKAN NILAI SEBAGAI . Jurnal Pendidikan Sosiologi Dan Humaniora ,
47.
Simone Pettigrew1, *. L. (2013). The effects of television
and Internet food advertising on. Public Health Nutrition: , 2211.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar